2015/05/05

Untuk Kakak yang Jauh Disana

Aku menatapnya lagi. Padahal aku telah mencoba untuk berhenti, mengatakan pada diriku sendiri itu aneh dan menyeramkan untuk menatap dan mengagumkan pada seseorang seusianya. Tapi aku tidak bisa menahan diri. Dia imut, cantik dan mengesankan. Segala sesuatu tentang dia berteriak "bahagia." Aku merindukan hari-hari ketika aku bahagia, riang, dan muda.

Dia lewat didepan ku bersama dengan teman-temannya yang salah satu nya juga menjadi temanku. Aku melihat sekilas mata hitamnya yang memancarkan kilauan cahaya. Temannya mengatakan sesuatu yang membuatnya tertawa dan dia tersenyum bahwa salah satu dari jenis senyum cerah yang aku cintai.


Dia belum lah genap berusia 19tahun. Dan aku tujuh belas tahun, muda, mengawasinya dari kejauhan di sudut jauh dari ruang kelasnya seperti anak kecil pemalu. Ada sesuatu tentang dirinya yang membuat saya merasa seperti anak kecil lagi. Mungkin itu kepribadian menyenangkan, mengalir dengan sukacita dan kecerobohan. Mungkin aku tertarik dengan betapa mudahnya akan cintanya. Mungkin itu senyum dengan lengkukan lesung pipi nan manis dan imut yang selalu membuat aku malu setiap kali ingin menyapa dan mengajak dirinya berkenalan.

Aku tidak bisa menempatkan jariku di atasnya. Dia adalah definisi waktu yang baik. Aku memuji semua sifat-sifat kedewasaan yang kadang ia juga pernah lakukan sebuah sifat kekanak-kanakan ia menyempurnakan apa yang aku inginkan. Aku merindukan kenangan yang aku lepaskan bertahun-tahun yang lalu.

Aku melihat dia berjalan membawa beberapa buku dari perpustakaan. Dengan pakaiannya aku begitu puas dengan dirinya. Dia menunjukkan ku beberapa tanda-tanda kecil sebuah percikan cinta. Dia 2 tahun lebih tua dari aku. Umur bukan lah penghalang bagiku. Seorang gadis yang engga memberikan perasaan yang jauh di dalam hatiku.

Saat aku berhenti sejenak melihatnya, dia melihat saya dan berhenti meninggalkan temannya yang berjalan tanpa menghiraukan dirinya. Dia tersenyum padaku dan melambaikan tangan. Lesung pipinya membuat aku hampir ingin memegang pipinya dan mengecup keningnya. Aku tersenyum malu-malu dan melambai ke arahnya. Aku berjanji pada diriku sendiri pada saat itu bahwa aku akan mengatakan kepadanya, apakah itu dalam lima, sepuluh, atau lima belas tahun lagi. Aku akan katakan padanya baha aku mencintainya sepenuh dan setulus hatiku.


0 comments:

Post a Comment

 
Penyu Pandora Blogger Template by Ipietoon Blogger Template