Aku menatapnya lagi. Padahal aku telah mencoba untuk berhenti, mengatakan
pada diriku sendiri itu aneh dan menyeramkan untuk menatap dan mengagumkan pada
seseorang seusianya. Tapi aku tidak bisa menahan diri. Dia imut, cantik dan
mengesankan. Segala sesuatu tentang dia berteriak "bahagia." Aku
merindukan hari-hari ketika aku bahagia, riang, dan muda.
Dia lewat didepan ku bersama dengan teman-temannya yang salah satu nya juga
menjadi temanku. Aku melihat sekilas mata hitamnya yang memancarkan kilauan
cahaya. Temannya mengatakan sesuatu yang membuatnya tertawa dan dia tersenyum
bahwa salah satu dari jenis senyum cerah yang aku cintai.
Dia belum lah genap berusia 19tahun. Dan aku tujuh belas tahun, muda,
mengawasinya dari kejauhan di sudut jauh dari ruang kelasnya seperti anak kecil
pemalu. Ada sesuatu tentang dirinya yang membuat saya merasa seperti anak kecil
lagi. Mungkin itu kepribadian menyenangkan, mengalir dengan sukacita dan
kecerobohan. Mungkin aku tertarik dengan betapa mudahnya akan cintanya. Mungkin
itu senyum dengan lengkukan lesung pipi nan manis dan imut yang selalu membuat
aku malu setiap kali ingin menyapa dan mengajak dirinya berkenalan.
Aku tidak bisa menempatkan jariku di atasnya. Dia adalah definisi waktu
yang baik. Aku memuji semua sifat-sifat kedewasaan yang kadang ia juga pernah
lakukan sebuah sifat kekanak-kanakan ia menyempurnakan apa yang aku inginkan.
Aku merindukan kenangan yang aku lepaskan bertahun-tahun yang lalu.
Aku melihat dia berjalan membawa beberapa buku dari perpustakaan. Dengan
pakaiannya aku begitu puas dengan dirinya. Dia menunjukkan ku beberapa
tanda-tanda kecil sebuah percikan cinta. Dia 2 tahun lebih tua dari aku. Umur
bukan lah penghalang bagiku. Seorang gadis yang engga memberikan perasaan yang
jauh di dalam hatiku.
Saat aku berhenti sejenak melihatnya, dia melihat saya dan berhenti
meninggalkan temannya yang berjalan tanpa menghiraukan dirinya. Dia tersenyum
padaku dan melambaikan tangan. Lesung pipinya membuat aku hampir ingin memegang
pipinya dan mengecup keningnya. Aku tersenyum malu-malu dan melambai ke
arahnya. Aku berjanji pada diriku sendiri pada saat itu bahwa aku akan
mengatakan kepadanya, apakah itu dalam lima, sepuluh, atau lima belas tahun
lagi. Aku akan katakan padanya baha aku mencintainya sepenuh dan setulus
hatiku.
0 comments:
Post a Comment