Bila harus terluka.
Aku ingin kau yang melukainya. Sebab aku ingin. Segala tentang cinta dan luka.
Kau menjadi alasan keduanya. Aku hanya takut.
Ketika aku sudah berani kembali mencintai. Hatiku dipatahkan lagi. Biarkan aku
tetap mempuisikanmu. Meski segala luka kutahan sendiri saja. Semua tentangmu
indah dalam sajakku. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Saat segala
harapku tak sampai pada tujuannya. Aku mengikatmu dalam nadi. Menyakitimu? Sama
dengan bunuh diri. Aku ingin menjadi sesuatu yang kau cari ketika pagi memulai
hari.
Beginilah kita,
masih saling teringat tentang sesuatu, yang semestinya sudah terlupakan.
Setiap langkah yang
kita ukir bersama sesekali mulai kita ungkit-ungkit ke permukaan melalui
candaan kecil via line. Aku hampir saja mampu melupakan dirimu seutuhnya,
tetapi malapetaka menghampiriku kau hadir kembali dalam nama dan suasana yang
berbeda. Sore itu handphone ku bergetar nada nya jelas dari line, tak aku
hiraukan seperti biasa get rich maniak yang mengirimkan clover entah sampai
kapan ngirim clover gak cape gituh? Sesekali kirim lah undangan nikah. Aku
asyik nonton Naruto ku abaikan handphone sesekali. 30 menit kemudia hasrat
ingin tau muncul ku buka pesan itu bertuliskan “ Hai apa kabar? Udah lama yah
kita ga chat lagi”. Faakkkkk. Disaat-saat kapal udah mulai pergi penumpang
terakhir nan cantik baru saja datang terus berlari? Salahkah jika aku
tinggalkan? Salahkah aku jika aku biarkan itu berlangsung lagi? Haruskah aku
mengorbankan segala perasaan ku untuk dipatahkan lagi?
Saat aku jatuh
hati. Aku lupa. Jika sebelum ini. Aku pernah dilukai. Dan mencintaimu; aku tahu
diri. Pada setiap perjalanan, memang harus ada yang dipatahkan, atau
terpahtakan. Entah oleh kesia-siaan, atau dengan biasnya harapan.
Dulu nya segala
harapan itu aku titipkan padamu dan kau berjanji akan membungkusnya dengan
hiasan indah diatas kotak penutup harapan itu. Hiasan itu yang bukan adalah
kebersamaan kita yang selalu berusaha agar saling mencintai dan menyayangi. Apa
mungkin aku bodoh terlalu menyimpan harapan sedemikian besar pada orang yang
salah. Ehh, bukan yang salah lebih tepatnya pada orang yang belum sanggup.
Dirimu tertahan di antara tembok-tembok tinggi yang di bangun oleh bata merah.
Bata itu berwarna merah itu aku sendiri yang mewarnainya dengan luka pada
hatiku. Tinggi yah? Itu aku bangun agar kau tak mampu melewatinya jika saja
yang kau bawa untuk melewatinya adalah sekardus kesedihan dan harapan kosong.
Jangan salahkan
hujan yang selalu mendatangkan kenangan basah, salahkan saja sudut hatimu yang
masih merindukan masa yang sudah.
Buka pintu rumah mu
lebar-lebar, lihat lah disekeliling mu apakah rumput mampu berteriak ketika
kambing hendak memakannya? Aku berkesan yah dihati kamu? Hingga detik ini kau
masih saja mengejar ku. Jika saja berkesan mengapa segala kesan indah itu kau
delete? Mungkin aku bagaikan virus Trojan yang mampu menginfeksi seluruh bagian
komputer dari Motherboard hingga Keyboard. Kau membersihkan ku dari hatimu
dengan antivirus Smadav ketahuilah antivirus sekelas Kaspersky pun kadang
sulit. Satu hal yang harus kau lakukan jika memang kau ingin menghapus kesan
indah itu dari hatimu yaitu kau harus terlahir kembali menjadi bayi mungin nan
imut.
0 comments:
Post a Comment